Beranda | Artikel
Dekatnya Masa Rasulullah dengan Hari Kiamat
Senin, 27 Maret 2023

PENJELASAN HADITS TENTANG DEKATNYA MASA RASULULLAH DENGAN HARI KIAMAT

Segala puji bagi Allah, shalawat dan salam kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, dan aku bersaksi bahwa tiada Tuhan yang berhak disembah dengan sebenarnya kecuali Allah, Yang Maha Esa dan tiada sekutu bagiNya, dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusanNya. Wa Ba’du:

عن ابن عمر – رضي الله عنهما – :   أنَّ النبيَّ – صلى الله عليه وسلم – قال: ((بُعِثْتُ بين يَدَيِ السَّاعة بالسَّيف، حتى يُعبَدَ اللهُ وحدَه لا شريك له، وجُعِلَ رِزْقي تحت ظلِّ رُمْحي، وجُعِلَ الذَّلُّ والصَّغار على مَنْ خالَف أمري، ومَنْ تَشَبَّهَ بقومٍ فهو منهم))

Dari Ibnu Umar Radhiyallahu anhu bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : Aku diutus saat dekatnya  hari kiamat dengan pedang sehingga hanya Allah lah yang disembah yang tiada sekutu bagiNya, dan dijadikan rizkiku di bawah naungan tombakku, dan dijadiakn kehinaan dan kenistaan terhadap orang yang menyalahi perintahku, serta barangsiapa yang menyerupai sebuah kaum maka dia termasuk dalam golongan mereka”.[1]

Hadits ini mengandung hikmah yang besar, pelajaran yang bermanfaat di mana kita seharusnya merenunginya dan berfikir tentangnya  dengan penuh tadabbur. Hadits ini telah disyarahkan oleh Al-Hafiz Ibnu Rajab Al-Hambali dalam sebuah risalah yang kecil dan aku meringkas perkataannya di dalam tulisan ini:

Sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam: “Aku diutus saat dekatnya hari kiamat”. Artinya  sesungguhnya Allah mengutusku sebagai da’i agar manusia mentauhidkannya dengan menggunakan pedang  setelah memberikan mereka berbagai hujjah, maka orang yang tidak menerima seruan tauhid ini dengan Al-Qur’an, hujjah dan pejelasan secara lisan maka dia harus diseru dengan pedang.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

لَقَدْ اَرْسَلْنَا رُسُلَنَا بِالْبَيِّنٰتِ وَاَنْزَلْنَا مَعَهُمُ الْكِتٰبَ وَالْمِيْزَانَ لِيَقُوْمَ النَّاسُ بِالْقِسْطِۚ وَاَنْزَلْنَا الْحَدِيْدَ فِيْهِ بَأْسٌ شَدِيْدٌ وَّمَنَافِعُ لِلنَّاسِ وَلِيَعْلَمَ اللّٰهُ مَنْ يَّنْصُرُهٗ وَرُسُلَهٗ بِالْغَيْبِۗ اِنَّ اللّٰهَ قَوِيٌّ عَزِيْزٌ

Sesungguhnya kami telah mengutus rasul-rasul kami dengan membawa bukti-bukti yang nyata dan telah kami turunkan bersama mereka Al Kitab dan neraca (keadilan) supaya manusia dapat melaksanakan keadilan dan kami ciptakan besi yang padanya terdapat kekuatan yang hebat dan berbagai manfaat bagi manusia, (supaya mereka mempergunakan besi itu) dan supaya Allah mengetahui siapa yang menolong (agama)Nya dan rasul-rasul-Nya padahal Allah tidak dilihatnya. Sesungguhnya Allah Maha Kuat lagi Maha Perkasa. [Al-Hadid/57: 25]

Hadits ini memberikan sebuah isyarat tentang dekatnya jarak masa antara diutusnya Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan hari kiamat.

فعن أنسٍ – رضي الله عنه -: أنَّ النبيَّ – صلى الله عليه وسلم – قال: ((بُعِثْتُ أنا والسَّاعةَ كهاتَيْن))، قال: وضَمَّ السبَّابة والوسطى

Dari Anas Radhiyallahu anhu bahwa sesungguhnya Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : Aku telah diutus sementara jarak antara diriku dan hari kiamat seperti ini”. Anas mengatakan: Dan beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam menggabungkan antara jari telunjuk dengan jari tengah.[2]

Dan sabada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang mengatakan: “Sehingga hanya Allah lah yang disembah yang tiada sekutu bagiNya”, Inilah tujuan utama dan terbesar diutusnya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para Rasul sebelum beliau. Sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:

وَمَآ اَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ مِنْ رَّسُوْلٍ اِلَّا نُوْحِيْٓ اِلَيْهِ اَنَّهٗ لَآ اِلٰهَ اِلَّآ اَنَا۠ فَاعْبُدُوْنِ

Dan kami tidak mengutus seorang rasulpun sebelum kamu melainkan kami wahyukan kepadanya: “Bahwasanya tidak ada Tuhan (yang hak) melainkan aku, Maka sembahlah olehmu sekalian akan aku”. [Al-Anbiya/21: 25]

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِيْ كُلِّ اُمَّةٍ رَّسُوْلًا اَنِ اعْبُدُوا اللّٰهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوْتَۚ

Dan sungguhnya Kami telah mengutus Rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): “Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut….”. [Al-Nahl/16: 36]

Bahkan itulah yang menjadi tujuan diciptakannya makhluk sebagaimana ditegaskan di dalam firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْاِنْسَ اِلَّا لِيَعْبُدُوْنِ

Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku. [Adz-Dzaryiat/51: 56].

Maka tidaklah Allah menciptakan mereka kecuali agar mereka beribadah kepada Allah, dan Allah telah mengambil janji dari mereka ketika mereka dikeluarkan oleh Allah dari tulang rusuk Adam Alaihis salam, sebgaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:

وَاِذْ اَخَذَ رَبُّكَ مِنْۢ بَنِيْٓ اٰدَمَ مِنْ ظُهُوْرِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَاَشْهَدَهُمْ عَلٰٓى اَنْفُسِهِمْۚ اَلَسْتُ بِرَبِّكُمْۗ قَالُوْا بَلٰىۛ شَهِدْنَا ۛ

Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): “Bukankah Aku Ini Tuhanmu?” mereka menjawab: “Betul (Engkau Tuban kami), kami menjadi saksi”. [Al-A’raf/7: 172]

Dan sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang mengatakan:

وقوله: ((وجُعِل رزقي تحت ظل رمحي))

(dan dijadikan rizkiku di bawah naungan tombakku, …..).

Hadits ini mengisayartkan bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak mengutus Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk mengumpulkan dunia atau menghimpunnya, dan tidak pula bersungguh-sungguh untuk mencari sebab-sebab terkumpulnya harta dunia, namun beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam diutus sebagai da’i yang menyeru kepada tauhid dengan menggunakan pedang, maka tuntutan perkara tersebut adalah perintah untuk membunuh semua musuh-musuh yang tidak mau menerima da’wah tauhid ini, harta mereka boleh diambil, dibolehkan menawan para wanita dan anak keturunan mereka, sehingga rizki beliau berasal dari apa yang beliau dapatkan dari harta rampasan perang yang dimiliki oleh musuh-musuh beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Sesungguhnya harta tersebut diberikan oleh Allah kepada Bani Adam sebagai sarana untuk beribadah kepada Allah dan taat kepadaNya, maka barangsiapa yang memanfaatkan hartanya untuk kepentingan syirik  dan kufur kepada Allah maka  maka Allah akan menguasakan RasulNya dan para pengikut beliau maka mereka mencabut harta tersebut dan mengembalikannya kepada hamba yang lebih utama menerimanya, yaitu mereka yang beribadah kepada Allah, bertuhid dan taat kepadaNya, oleh sebab itulah harta rampasan perang disebut dengan fa’i sebab dia kembali kepada orang yang lebih berhak darinya dan untuk tujuan itulah harta itu diadakan.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

فَكُلُوْا مِمَّاغَنِمْتُمْ حَلٰلًا طَيِّبًاۖ

Maka makanlah dari sebagian rampasan perang yang Telah kamu ambil itu, sebagai makanan yang halal lagi baik,…. [Al-Anfal/8: 69]

Dan ini adalah di antara keistimewaan yang diberikan oleh Allah kepada beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan umatnya, sesungguhnya Allah telah menghalalkan bagi mereka harta rampasan perang.

Sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam: (Dijadiakn kehinaan dan kenistaan terhadap orang yang menyalahi perintahku). Hal ini menunjukkan bahwa kemuliaan dan ketinggian di dunia akherat dengan mengikuti perintah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, karena beliau mengikuti perintah Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

وَلِلّٰهِ الْعِزَّةُ وَلِرَسُوْلِهٖ وَلِلْمُؤْمِنِيْنَ

Padahal kekuatan itu hanyalah bagi Allah, bagi rasul-Nya dan bagi orang-orang mukmin,…”. [Al-Munafiqun/63: 8]

مَنْ كَانَ يُرِيْدُ الْعِزَّةَ فَلِلّٰهِ الْعِزَّةُ جَمِيْعًاۗ

Barangsiapa yang menghendaki kemuliaan, Maka bagi Allah-lah kemuliaan itu semuanya. [Fathir/35: 10]

Kehinaan dan kerendahan akan terjadi karena menyalahi perintah Allah. Dan orang yang menyalahi perintah Allah dan Rasul terbagi menjadi tiga kelompok:

Pertama: Orang yang menyalahi perintah Allah dan RasulNya karena keyakinan tidak ada kewajiban mentaati Allah dan Rasul. Seperti penolakan orang-orang kafir dan ahli kitab yang tidak mau mentaati Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka mereka termasuk orang-orang yang hina dan rendah. Oleh karena itulah, Allah Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan untuk memerangi ahli kitab sehingga mereka memberikan jizyah dengan tangan mereka dalam keadaan hina dan dina. Begitu juga dengan orang-orang Yahudi, mereka mendapat kehinaan dan kerendahan sebab kekafiran mereka dengan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah kekafiran yang bersifat penentangan.

Kedua: Orang yang berkeyakinan mentaatinya lalu menentang perintahnya dengan bermaksiat maka mereka tetap mendapat kehinaan dan kenisataan.

Al-Hasan Al-Basri berkata:  sesungguhnya sekalipun mereka di injak-injak oleh kaki keledai, dan digilas olek kaki kuda niscaya kehinaan maksiat akan tetap melekat di dalam hati mereka, sungguh Allah pasti akan menghinakan orang yang berkmaksiat kepadaNya”.

Imam Ahmad bin Hambal berkata: Ya Allah tinggikanlah kami dengan taat kepadaMu dan janganlah Engkau menghinakan kami dengan bermaksiat kepadaMu”.

Abul Ataiyah berkata dalam sebuah syairnya:
Ketahuilah sesungguhnya pada ketakwaan itulah kemuliaan dan ketinggian
Dan sungguh mencintai dunia itu sebagai sumber kehianaan dan kenistaan
Dan bukanlah ketaqwaan seseorang sebagai cermin bagi kekurangan dirinya
Jika ia telah mewujudkan taqwa baik sedikit maupun banyak

Ketiga: Orang yang menyalahi perintah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dari para pelaku syubhat, mereka adalah pengikut hawa nafsu dan pelaku bid’ah. Maka mereka mendapat kehinaan dan kenistaan sama seperti jauhnya mereka dari perintah Allah dan RasulNya.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

اِنَّ الَّذِيْنَ اتَّخَذُوا الْعِجْلَ سَيَنَالُهُمْ غَضَبٌ مِّنْ رَّبِّهِمْ وَذِلَّةٌ فِى الْحَيٰوةِ الدُّنْيَاۗ وَكَذٰلِكَ نَجْزِى الْمُفْتَرِيْنَ

Sesungguhnya orang-orang yang menjadikan anak lembu (sebagai sembahannya), kelak akan menimpa mereka kemurkaan dari Tuhan mereka dan kehinaan dalam kehidupan di dunia. Demikianlah kami memberi balasan kepada orang-orang yang membuat-buat kebohongan. [Al-A’raf/7: 152].

Para pelaku bid’ah dan pengikut hawa nafsu  adal orang-orang yang membuat kebohongan atas Allah. Dan bid’ah mereka berkembang menjadi besar jika mereka banyak membuat kedustaan atas Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

فَلْيَحْذَرِ الَّذِيْنَ يُخَالِفُوْنَ عَنْ اَمْرِهٖٓ اَنْ تُصِيْبَهُمْ فِتْنَةٌ اَوْ يُصِيْبَهُمْ عَذَابٌ اَلِيْمٌ

Maka hendaklah orang-orang yang menyalahi perintah-Nya takut akan ditimpa cobaan atau ditimpa azab yang pedih. [An-Nur/24: 63]

Ibnu Rajab Al-Hambali rahimahullah berkata: Di antara bentuk kehinaan yang paling besar karena menyalahi perintah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah meninggalkan berjihad terhadap musuh-musuh Allah, maka barangsiapa yang menempuh jalan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam berjihad maka dia akan mulia dan barangsiapa yang meninggalkan jihad padahal dia mampu melakukannya maka dia akan terhina.

عن ابن عمر – رضي الله عنهما -: أنَّ النبيَّ – صلى الله عليه وسلم – قال: ((إذا تبايَعْتُم بِالعِينَة، وأخَذْتم أذنابَ البَقَر، ورَضِيتم بالزَّرْع، وتركتم الجهاد – سلَّط الله عليكم ذُلاًّ، لا ينزعه حتى ترجِعوا إلى دينكم))

Dari Ibnu Umar Radhiyallahu anhu bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: Jika kalian berjual beli dengan cara al-inah, rela dengan tanaman dan meninggalkan berjihad maka Allah akan menguasakan kepada  kalian kehinaan yang tidak akan dicabut oleh Allah dari kalian kecuali jika kalian kembali kepada agama kalian”.[3]

ورأى النبيُّ – صلى الله عليه وسلم – سِكَّةَ الحَرْث فقال: ((ما دَخَلَتْ دارَ قوْمٍ؛ إلاَّ دخلها الذُّلُّ))

Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah melihat besi cangkul untuk bercocok tanam, maka Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: Tidaklah dia memasuki rumah suatu kaum kecuali kaum tersebut akan dirasuki kehinaan”  (maksudnya adalah jika suatu kaum disibukan dengan urusan dunia seperti bercocok tanam dan yang lainnya. pent.) -.

Maka barangsiapa yang meninggalkan sunnah Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam berjihad padahal dia mampu melakukannya, lalu sibuk mengurusi dunia sekalipun dengan jalan yang halal, maka dengannya dia akan merasakan kehinaan, lalu bagiamana jika umat ini meninggalkan jihad karena sibuk mengejar dunia dengan cara yang haram”.[4]

Dan Sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang mengatakan:

ومَنْ تشبَّه بقوْمٍ، فهو منهم

(Barangsiapa yang menyerupai sebuah kaum maka dia termasuk dalam golongan mereka).

Hadits ini menjelaskan dua perkara:
Pertama: Menyerupai orang-orang buruk, seperti orang-orang kafir, fasik dan pelaku maksiat, dan Allah telah mencela mereka yang menyerupai mereka dalam keburukan mereka. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

فَاسْتَمْتَعْتُم بِخَلاقِكُمْ كَمَا اسْتَمْتَعَ الَّذِينَ مِن قَبْلِكُمْ بِخَلاقِهِمْ وَخُضْتُمْ كَالَّذِي خَاضُوا

“…dan kamu Telah menikmati bagian kamu sebagaimana orang-orang yang sebelummu menikmati bagiannya, dan kamu mempercakapkan (hal yang batil) sebagaimana mereka mempercakapkannya…” [At-Taubah/9: 96].

Dan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah melarang umatnya menyerupai orang-orang musyrik dan ahli kitab. Beliau melarang  medirikan shalat pada saat terbitnya matahari dan pada saat tenggelamnya, beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang mencukur jenggot dan mengucakan salam kepada orang Yahudi dan Nashrani dan larang-larangan yang lainnya.

Kedua: Menyerupai orang-orang yang baik dan bertaqwa. Perbuatan ini baik dan dianjurkan, oleh karena itulah dianjurkan bagi kita untuk mengikuti Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam perkataan, perbuatan dangerak-gerik beliau. Dan inilah tuntutan cinta yang benar kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam sebab seseorang akan dibangkitkan bersama orang yang dicintainya, dan harus mengikuti perbuatan orang yang cintai sekalipuan orang yang mencintai tersebut lebih rendah derajatnya di sisi Allah dari orang yang dicintainya.

Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam dan shalawat serta salam kepada Nabi kita Muhammad, kepada keluarga dan seluruh para shahabatnya.

[Disalin dari شرح معنى حديث: بعثت بالسيف بين يدي الساعة   Penulis : Dr. Amin bin Abdullah asy-Syaqawi Penerjemah Muzaffar Sahidu ; Editor : Eko Haryanto Abu Ziyad. Maktab Dakwah Dan Bimbingan Jaliyat Rabwah. IslamHouse.com 2009 – 1431]
________
Footnote
[1] Musnad Imam Ahmad: 2/92
[2] Shahih Bukhari: 4/192 no: 6504 dan shahih Muslim: 4/2269 no: 2951
[3] Sunan Abi Dawud 3/275 no: 3462
[4] Syarah Hadits: Yatba’ul Mayyita tsalatsatun, Ibnu Rajab Al-hambali


Artikel asli: https://almanhaj.or.id/79300-dekatnya-masa-rasulullah-dengan-hari-kiamat.html